Olahraga Tradisional Indonesia
Tidak banyak jenis olahraga tradisional Indonesia yang muncul di
permukaan. Beberapa olahraga tradisional yang sudah diketahui secara
umum adalah Pencak Silat, Egrang, Bakiak/Terompah, Tarik Tambang, Balap
Karung, Karapan Sapi, Kelereng, Gasing, dan Sumpit. Sementara yang lain,
seperti Benteng, Galah Asin, Benjang, Langga, Manggurebe, Pacu Jalur,
Pathol dan Zawo-Zawo, hanya dikenal oleh kalangan terbatas, terutama di
daerah tempat olahraga itu berasal.
Manfaat dari mengembangkan olahraga tradisional Indonesia adalah agar:
- Olahraga tersebut dapat terus diwariskan kepada generasi selanjutnya
sebagai warisan kekayaan budaya bangsa, jangan sampai hilang dan
musnah. #olahraga tersebut terdokumentasi dan tersosialisasikannya
sehingga akan dikenal sebagai olahraga yang berasal dari Indonesia. Hal
tersebut menjadi semakin penting karena UNESCO
(Organisasi PBB untuk Pendidikan, Ilmu dan Budaya) mulai
mendokumentasikan kebudayaan seluruh negara di dunia sebagai warisan
kebudayaan dunia (world heritage).
- Harapan bahwa beberapa olahraga tradisional Indonesia akan dipertandingkan di ajang Olimpiade Internasional (Olympic Games).
Lompat Batu (Nias)
Menurut sejarahnya, dahulu suku-suku di Pulau Nias sering berperang
karena terprovokasi dendam, perbatasan tanah, atau masalah perbudakan.
Masing-masing desa kemudian membentengi wilayahnya dengan batu atau
bambu setinggi 2 meter. Oleh karena itu, tradisi lompat batu lahir dan
dilakukan sebagai sebuah persiapan sebelum berperang. Biasanya sebelum
melakukan tradisi lombat batu dibuka dengan tari-tarian perang khas
Nias.
Kini tradisi lompat batu menjadi ritual dan simbol budaya masyarakat
Nias. Pemuda Nias yang berhasil melakukan tradisi ini akan dianggap
dewasa dan matang secara fisik sehingga dapat menikah. Atraksi
hombo batu
tidak hanya memberikan kebanggaan bagi seorang pemuda Nias, tetapi juga
untuk keluarga mereka. Keluarga yang anaknya telah berhasil dalam
hombo batu akan mengadakan pesta dengan menyembelih beberapa ekor ternak.
Pencak Silat
Nama Pencak dikenal di Jawa Timur dan Silat dikenal di Sumatera dan
Kalimantan. Olahraga bela diri ini dahulu digunakan untuk untuk menjaga
diri dan digunakan di kerajaan-kerajaan seperti Majapahit dan Sriwijaya.
Pada zaman kerajaan-kerajaan di indonesia, Sriwijaya terkenal akan
silatnya karena mereka berhasil memperluas daerahnya sampai tanah Jawa.
Tarung Derajat
Tarung Derajat adalah bela diri yang di ciptakan oleh Achmad. Ia
mengembangkan teknik melalui pengalamannya dari setiap pertarungan di
jalanan pada tahun 1960-an di Bandung. Tarung Derajat secara resmi
diakui sebagai olahraga nasional dan digunakan sebagai pelatihan dasar
oleh TNI Angkatan Darat. Semboyan Tarung Derajat adalah: "Aku Ramah
Bukan Berarti Takut, Aku Tunduk Bukan Berarti Takluk".
"BOX!" adalah salam persaudaraan di antara anggota Tarung Derajat.
Tarung Derajat menekankan pada agresivitas serangan dalam memukul dan
menendang. Namun tidak terbatas pada teknik itu saja, bantingan,
kuncian, dan sapuan kaki juga termasuk dalam metode pelatihannya. Tarung
Derajat dijuluki sebagai "BOXER". Praktisi Tarung Derajat disebut
"Petarung".
Sejak 1990-an, Tarung Derajat telah disempurnakan untuk olahraga.
Pada tahun 1998, Tarung Derajat resmi menjadi anggota KONI. Sejak itu,
Tarung Derajat memiliki tempat di Pekan Olahraga Nasional, sebuah
kompetisi multi-olahraga nasional diselenggarakan setiap 4 (empat)
tahun. Tarung Derajat utama asosiasi kodrat (Keluarga Olahraga Tarung
Derajat) sekarang memiliki sub-organisasi di 22 provinsi di Indonesia.
Beberapa jenis olahraga tradisional